Scroll untuk membaca artikel
Lifestyle / Komunitas
Kamis, 05 Desember 2024 | 08:15 WIB
Ilustrasi HIV/AIDS. [Dok.Istimewa]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama, mengingatkan bahaya besar yang mengintai dari penggunaan jarum suntik tidak steril dalam penularan penyakit HIV/AIDS.

Menurutnya, jarum yang digunakan secara bergantian atau tidak dibuang dengan benar dapat menjadi media utama penyebaran virus berbahaya ini.

"Berhati-hatilah dengan jarum tajam dan jarum tumpul, terutama untuk mencegah penularan HIV/AIDS. Virus ini dapat menyebar melalui kontak langsung dengan darah yang terkontaminasi," ujar Ngabila, Rabu (4/12/2024).

Menurut Ngabila, penularan HIV juga dapat terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman. Cairan tubuh seperti air mani, cairan vagina, atau darah dapat menjadi media infeksi, terutama jika masuk melalui lapisan mukosa di vagina, penis, anus, mulut, atau luka terbuka.

Penggunaan jarum suntik secara bergantian, terutama di kalangan pengguna narkoba suntik, sangat meningkatkan risiko penularan HIV/AIDS. Risiko serupa juga dapat terjadi pada penggunaan jarum yang tidak steril dalam prosedur medis atau pembuatan tato.

"Jika jarum tajam tidak dibuang dengan benar, orang lain bisa berisiko tertular saat membuang sampah atau tanpa sengaja menginjaknya," jelas Ngabila.

Untuk mencegah penularan melalui jarum suntik, ia menyarankan agar jarum digunakan hanya sekali pakai (disposable syringe) dan memastikan sterilisasi sebelum pemakaian. Selain itu, jarum bekas pakai harus dibuang di tempat pembuangan khusus untuk menghindari kecelakaan.

Selain jarum suntik, Ngabila menyoroti hubungan seksual sebagai jalur penularan utama HIV/AIDS, terutama jika dilakukan tanpa kondom. Hubungan seksual anal juga disebut lebih berisiko karena jaringan rektum lebih rentan terhadap luka dibandingkan jaringan vagina.

"Berhubungan seksual dengan pasangan yang tidak diketahui status HIV/AIDS-nya akan meningkatkan risiko, terutama jika salah satu pasangan sudah tertular dan tidak menjalani terapi antiretroviral (ART)," ujarnya.

Ia juga menekankan bahwa infeksi menular seksual (IMS) seperti sifilis, herpes, atau gonore dapat mempermudah virus masuk ke tubuh, terutama jika terdapat luka di area genital.
Edukasi dan Pencegahan

Untuk mencegah penularan HIV/AIDS, Ngabila menganjurkan langkah-langkah pencegahan seperti penggunaan kondom lateks atau poliuretan secara benar setiap kali berhubungan seksual. Selain itu, pasangan yang memiliki hubungan baru atau berganti pasangan disarankan untuk rutin menjalani tes HIV.

“Pencegahan penularan HIV/AIDS bisa dilakukan melalui edukasi, akses terhadap alat pencegahan seperti kondom, dan penggunaan Profilaksis Pra Pajanan (PrEP),” pungkasnya. (antara)

Load More