Scroll untuk membaca artikel
News / Nasional
Senin, 23 Desember 2024 | 19:21 WIB
Infografis mengejar mimpi pertumbuhan ekonomi 8 persen di masa Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. (Suara.com/Iqbal)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Indonesia memerlukan peningkatan signifikan dalam investasi apabila ingin mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen dalam lima tahun mendatang.

Ekonom Handi Risza Idris menyebut, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen, Indonesia membutuhkan investasi sebesar Rp 13.528 triliun dalam lima tahun ke depan, dengan 30 persen di antaranya berasal dari investasi langsung.

"Jika ingin tumbuh 8 persen, maka ICOR (Incremental Capital Output Ratio) harus dalam angka 3-4. Indonesia butuh investasi Rp 13.528 triliun dalam 5 tahun ke depan," kata Handi dalam diskusi Catatan Akhir Tahun bersama Universitas Paramadina secara virtual, Senin (23/12/2024).

Dia menjelaskan bahwa investasi menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi jangka panjang, karena mendorong kapasitas produksi.

Lantaran itu, Pemerintahan Prabowo Subianto perlu lakukan perbaikan iklim investasi dan kontribusi sektor manufaktur terhadap perekonomian nasional.

"Peningkatan investasi akan meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan nasional. Sementara pengeluaran barang modal, sebagai akibat investasi, akan menambah kapasitas produksi dengan penambahan mesin baru, perluasan pabrik dan lainnya. Itu meningkatkan produksi nasional dan kesempatan kerja," jelasnya.

Handi juga menyebutkan kalau kontribusi investasi terhadap Gross Domestic Product (GDP) atau produk domestik bruto menunjukkan tren penurunan dari tahun ke tahun.

Pada 2015, kontribusi investasi terhadap GDP mencapai angka tertinggi sebesar 32,81 persen. Kemudian pada 2017-2018, nilai investasi sempat tercatat melebihi nilai GDP.

Namun, pada 2023 angka tersebut menyusut menjadi hanya 29,33 persen.

Baca Juga: Indef: Prabowo Tak Bisa Capai Target Ekonomi 8 Persen Akibat Kabinet Gemuk

Kondisi tersebut sejalan dengan penyusutan kontribusi sektor manufaktur terhadap pertumbuhan ekonomi, yang saat ini hanya berada pada kisaran 18-19 persen.

"Itu artinya, pertumbuhan investasi terus mengalami penurunan, bahkan di bawah pertumbuhan GDP itu sendiri. Hal itulah yang harus disikapi dengan baik, apalagi jika berencana ingin mencapai pertumbuhan 8 persen," ujarnya.

Handi menuturkan bahwa investasi menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi jangka panjang bagi suatu negara.

Sedangkan untuk mendapatkan 30 persen investasi langsung, pemerintahan Prabowo perlu melakukan berbagai hal, salah satunya memperbaiki sistem birokrasi.

"Perbaikan iklim investasi, peningkatan kualitas SDM, ramah investasi, tranparansi serta birokrasi bersih dan melayani merupakan upaya menurunkan angka ICOR dan menarik Investasi," ujarnya.

Load More